27 October 2012

TAHSIN, TARTIL DAN TAHFIDZ

A. Pendahuluan
Al Qur’an bisa dikatakan sebagai kitab suci yang unik, karena
dibandingkan dengan kitab suci samawi lainnya Al Qur’an memiliki banyak
dimensi. Yang saya maksud disini adalah; bahwa ketika kitab suci samawi
lainnya hanya memiliki fungsi sebagai pedoman hidup umatnya, maka
al Qur’an hadir dengan berbagai dimensinya.
Fungsi utama al Qur’an adalah pedoman bagi umat nabi Muhammad
sebagai wahyu Allah yang harus diyakini dan diamalkan. Keimanan terhadap
al Qur’an merupakan suatu dasar dari pokok keimanan aqidah Islam. Isi al
Qur’an adalah suatu aturan bagi manusia yang kita namai sebagai syari’at.
Disinilah alasan sehingga al Qur’an memiliki banyak nama terakit dengan
fungsinya, seperti : Al Huda yang berarti petunjuk, al Bayan yang berarti
memberikan penjelasan bagi manusia, Al tadzkir yang berarti pengingat, Al
furqon yang berate pembeda antara yang benar dan salah, dan lain-lain.
Akan tetapi yang menarik adalah bahwa kehadiran al Qur’an tidak hanya
berada dalam dimensi aqidah dan syari’ah saja, Ia juga hadir dalam dimensi
lain diantaranya :
a. Medis / Al Syifaa ; al Qur’an merupakan obat bagi orang yang sakit.
Dalam kedudukannya sebagai obat memiliki dua fungsi, yaitu obat
penyakit yang bersifat jasadi dan ruhani.
b. Dimensi Mistis ; suatu saat Rasulullah pernah diguna-guna oleh
seorang penenung hingga kemudian turun surat al Falaq sebagai
penangkal dari kekuatan sihir.
c. Dimensi ilmu pengetahuan ; al qur’an banyk memberikan pengetahuan
bagi manusia baik bidang medis, fisika, dll.
d. Dimensi estetis ; salah satu kemu’jizatan al Qur’an adalah dari sisi
keindahan bahasa dan bacaannya.
e. Dimensi ibadah ; al qur’an merupakan media ibadah melalui
pembacaannya. Al Qur’an sendiri secara lughowi berarti bacaan –
berasal dari kata qara’a artinya membaca. Dan untuk menjadikannya
bernilai ibadah maka membaca al Qur’an menggunakan ilmu tersendiri.
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
1
B. Keutamaan Hamil al Qur’an
Hamala secara bahasa berarti mengandung atau membawa. Adapun haamil
adalah isim fa’il dari hamala yang berarti orang yang mengandung atau
membawa. Yang dimaksud dengan Hamil al Qur’an adalah orang yang
mengorientasikan hidup bagi al Qur’an. Hal itu bisa dilakukan secara langsung
atau sesuai dengan profesinya masing-masing. Yang termasuk kedalam
haamilil Qur’an diantaranya adalah :
1. Orang yang mengamalkan al Qur’an baik dalam bentuk pengamalan
maupun pengajaran.
2. Penghafal al Qur’an
3. Pembaca al Qur’an
4. Yang mempelajari al Qur’an
5. Senang Mendengarkan al Qur’an
6. Cinta terhadap al Qur’an
7. Orang yang membesarkan al Qur’an
Terdapat banyak sekali keutamaan membaca dan menghafal al Qur’an serta
mengamalkan al Qur’an. Keutamaan haamil al Qur’an diantaranya :
1. Dirindukan surga, sebagaimana hadits Nabi saw :
ان الجنقة مسقتقل علقى اربعقة خصقال : حامقل الققران,
وحافظ اللسان, ومطلع الجيعن, وصائم رمضان
“Sesungguhnya surga merindukan empat golongan ; haamil al Qur’an, yang
menjaga lidah, yang memberi orang yang kelaparan, dan yang puasa
Ramadhan”.
2. Diberi keutamaan yang sempurna dari Allah :
مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكرِْي عَنْ مَسْألََتيِ أعَْطَيتْهُُ أفَْضَلَ مَا
أعُْطِي السّائلِِينَ وَفَضْلُ كلََم اللّهِ عَلَى سَائرِِ الْكلََم كفََضْلِ
اللّهِ عَلَى خَلْقِهِ
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
2
“Barang siapa yang tersibukan dengan al Qur;an dan masalah agama maka Aku
akan beri ia karuniai yang paling utama yang diminta oleh orang yang berdoa
dan keutamaan kalam Allah dari semua kalam-Nya seperti karunia yang Allah
berikan kepada makhluk-Nya”. HR Turmudzi.
3. Diberikan rahmat dan ketenangan :
قَالَ مَا اجْتمََعَ قَوْمٌ فِي بيَتٍْ مِنْ بيُوُتِ اللّهِ تعََالَى يتَلُْونَ كتِاَبَ
اللّهِ وَيتَدََارَسُونهَُ بيَنْهَُمْ إلِّ نزََلَتْ عَلَيهِْمْ السّكيِنةَُ وَغَشِيتَهُْمْ
الرّحْمَةُ وَحَفّتهُْمْ الْمَلَئكِةَُ وَذَكرََهُمْ اللّهُ فِيمَنْ عِندَْهُ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam rumahnya kemudian dibacakan kitab
Allah dan bersolawat kecuali Allah akan menurunkan ketenangan dan
memberikan rahmat dan para malaikat menjaga, Allah akan menyebutkan
orang yang ada didalamnya”. HR Daud
4. Masuk surga dan keluarga diselamatkan dari api neraka.
وَسَلّمَ مَنْ تعََلّمَ الْقُرْآنَ فَاسْتظَْهَرَهُ وَحَفِظَهُ أدَْخَلَهُ اللّهُ الْجَنةَّ
وَشَفّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أهَْلِ بيَتْهِِ كلُّهُمْ قَدْ وَجَبتَْ لَهُمْ الناّرُ
“Barang siapa yang mempelajari al Qur’an kemudian menjelaskannya dan
menjaganya maka akan masuk surga Allah dan akan diberi syafaat kepada 10
keluarganya kesemuanya diharamkannya dari api neraka”.HR. Ibnu Majah
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
3
C. Ruang Lingkup Tahsin, Tartil dan Tahfidz dalam Ulum al Qur’an
Dalam khazanah ilmu-ilmu keislaman, terdapat ulumul qur’an. Para
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ulumul qur’an adalah setiap
ilmu yang objek materinya adalah al Qur’an.
Secara sederhana pembagian ulmul qur’an dapat dilihat pada table berikut :
Bacaan ilmu tajwid
Ilmu maghmat / nagham
Ilmu qiroat
Ulum al Qur’an Penulisan rasm al Qur’an
Tartibul ayah wa al surah
Kandungan/tafsir I’jaz al Qur’an, Aqsam al
Qur’an, amtsal al Qur’an,
Muhkam mutasyabih,
nasikh mansukh, nuzul al
Qur’an, al maki wa al
madani, qisos al Qur’an,
qawaid tafsir, dll.
Ilmu Tajwid, Ilmu Qiroat dan Ilmu Nagham
Ketiga ilmu diatas merupakan ilmu yang digunakan dalam membaca al
Qur’an. Definisi dari ketiga ilmu tersebut adalah sebagai berikut :
Ilmu Tajwid
Tajwid secara bahasa adalah at tahsiinu yang berarti membaguskan
sedangkan menurut terminology para ulama adalah :
علم يعرف به أعطاء كل حرف حقه ومستحقه من الصفات والمدود
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
4
و غير ذالك كالترقيق والتفخيم ونحوهما
“Ilmu yang dengannya bias mengetahui cara memberikan kepada setiap huruf
hak dan mustahaqnya yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum mad dan lain
sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafkhim dan yang semisalnya”.
Ulama ahli tajwid menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hak huruf
adalah hukum yang menempel terhadap huruf sedari asalnya, seperti hukum
makhroj dan sifat. Sedangkan mustahaq huruf adalah hukum baru yang timbul
setelah huruf berpadu dengan huruf lainnya.
Objek daripada ilmu tajwid tiada lain adalah huruf-huruf hijaiyah, baik
ketika ia sedang bersendirian (makhorijul huruf dan sifatul huruf), atau ketika
huruf sudah berhubungan dengan huruf lain baik dalam satu kalimat maupun
lebih (ahkamul huruf, ahkamul mad),maupun ketika huruf sudah membentuk
suatu kalimat dan hubungannya dengan kalimat lain dalam satu ayat atau lebih
(ahkamul waqfi wal ibtida).
Ilmu Qiroat
Ilmu qiroat adalah ilmu yang mempelajari perbedaan lafadz–lafadz al Qur’an
baik yang disepakati maupun yang iktilaf oleh para ahli qiroat yang diperoleh
melalui periwayatan.
Contoh :
Dalam membaca بالخرة
Ada ulama ahli qiroat yang membaca sesuai dengan tulisan tersebut adalah
juga yang di-ibdal-kan (digantikan posisi harkat) menjadi بلخرة
Objek daripada ilmu qiroat adalah kalimat-kalimat dalam al Qur’an dalam hal
perbedaan bacaannya.
Adapun qiroat yang mutawatir, yaitu ada tujuh yang disebut dengan
qiroat sab’ah.
Qiroat sab’ah ini terbagi menjadi beberapa kelompok. Pengklasifikasian
didasarkan kepada panjang dan pendeknya bacaan mad jaiz munfashil.
- kelompok yang membacanya dua harkat ( قصر ) disebut
dengan kelompok حقققدر (cepat).
- kelompok yang membacanya 4 harkat ( توسققققققط ) disebut
dengan kelompok تققد ويققر (pertengahan)
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
5
- Kelompok yang membacanya 6 harkat ( طققققول ) disebut
dengan kelompok تققرتققيقل (lambat)
قالون نافع حدر
بزي ابن كثير
قنبول
سوسي ابو عمروا
دوري ابققى عمققروا
ابن ابن عامر تدوير مققراتققب القققراة
دكوان
Martabat هشام
pembacaan ابن الحارث كسائي
al Qur’an دوري كسائى
حفص عاصم ترتيل
شعبة
خلف همزة
خلد
ورش
Ilmu Nagham
Ilmu nagham adalah ilmu lagu al Qur’an. Yaitu ilmu yang mempelajari lagulagu
yang digunakan dalam membaca al Qur’an. Tingkatan dalam pembacaan
al Qur’an berdasarkan penggunaan lagu terdiri dari tiga tingkatan :
1. Mu’allam ; adalah membaca al Qur’an pada tingkat belajar, sehingga
pembacaan difokuskan pada benar atau salahnya bacaan dan tidak
menggunakan lagu. Dalam beberapa hal mu’allam memiliki persamaan
dengan tahsin.
2. Murottal ; adalah membaca al Qur’an yang menfokuskan pada dua hal
yaitu kebenaran bacaan dan lagu al Qur’an. Karena konsentrasi bacaan
difokuskan pada penerapan tajwid sekaligus lagu, maka porsi lagu
qur’an tidak dibawakan sepenuhnya. Hanya pada nada asli atau jawab
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
6
dengan tingkat suara sedang.
3. Mujawwad ; adalah membaca al Qur’an dengan lagunya secara
sempurna baik dalam tingkatan nadanya maupun jenis dan variasi lagu.
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
Adapun tahsin merupakan definisi dari tajwid secara bahasa yang
berarti membaguskan, ia memiliki persamaan dengan التيان بالجيد yang
berarti berupaya untuk menjadikan baik. Secara leksikal tahsin berarti
membaguskan bacaan al Qur’an atau dengan kata lain membaca al Qur’an
dengan sebaik-baiknya. Tentu saja untuk mencapainya berarti dengan
menggunakan ilmu tajwid – tahsin adalah membaca al Qur;an dengan
menggunakan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
Tartil berasal dari dari kata ratala yang memiliki arti sama dengan
hasan atau tahsin yaitu membaguskan bacaan. Dalam al qur’an kata tartil
terdapat dalam dua tempat, yaitu surat al Furqan ayat 32 dan al muzammil ayat
4, dan diartikan sebagai bacaan yang teratur dan benar.
Dalam khazanah ilmu qiroat, tartil merupakan tingkatan dalam bacaan
al Qur’an مراتقب الققراءة ) ) yang berarti bacaan yang lambat dan
menggunakan bacaan riwayat yang termasuk kepada martabat tartil. Sehingga
yang dimaksud dengan tartil adalah membaca al Qur’an dengan menggunakan
riwayat tartil.
Adapun tahfidz berasal dari kata hafadzo yang berarti menjaga. Tahfidz
termasuk kepada mashdar yang berarti menjaga dengan sangat. Adapun makna
yang dimaksud disini adalah menghafal al Qur’an. Upaya menghafal al Qur’an
sudah ada sejak masa nabi. Nabi adalah sayidul huffadz (pimpinan para
hafidz), dan menghafal al Qur;an merupakan salah satu upaya pelestarian la
Qur’an selian dari pada penulisan.
D. Mengenal Pola Lagu Murottal
Lagu Murottal sebenarnya terdiri dari tujuh lagu sebagaimana lagu pada
mujawwad. Meskipun demikian yang populer dibawakan hanya beberapa lagu
saja, seperti lagu Rasy, hijaz dan nahwand. Setiap lagu-lagu al Qur’an, ketika
dimurotalkan pada dasarnya memiliki nada dan variasi yang dinamis, akan
tetapi kita dapat membuat pola-pola dari lagu tersebut sehingga bacaan murotal
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
7
kita memiliki keajegan.
Jumlah dan bentuk pola murotal tergantung daripada jenis lagunya
sendiri. Dapat diambil contoh :
Lagu Nahwand terdiri dari tiga tingkatan ; nahwand ashli, nahwand jawab dan
nahwand jawabul jawab. Nahwand ashli memiliki tiga bentuk lagu murotal,
yaitu :
- Pola 1 ; nada keatas/ashli silim rofa’
- Pola 2 : nada lurus / ashli silim jawab
- Pola 3 : nada kebawah / ashli silim nuzul
Kemudian dari Nahwand jawabul jawab terbentuk satu buah pola , yaitu pola 4
dengan nada jawabul jawab.
Kemudian dari pola 1 didapat variasi baru yang bisa kita namakan pola 5
sebagai turunan dari pola 1. kita dapat pula mencari variasi-variasi baru dan
kita berikan nama pola dengan urutan nomor.
Pola-pola diatas akan sangat membantu bagi yang baru belajar murotal.
Dalam murotal kita akan menggunakan komposisi lagu sebagai berikut :
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Pola 4
Pola 2
Pola 3
Pola 5
Pola 1
Pola 3
Pola diatas merupakan satu komposisi lagu nahwand yang utuh. Kemudian kita
dapat mengulang-ulangnya kembali.
Bilamana sudah mahir, maka kita dapat membuat variasi-variasi baru dengan
pola-pola baru. Kita pula dapat membuat komposisi lagu yang berbeda-beda.
Seperti dari pola 1 langsung ke pola 3 kemudian pola 4 kemudian ke pola 1 dan
berulang-ulang.
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
8
Demikianlah metode pola murottal. Ia didapat dari lagu mujawwad dengan
memformulasikan lagu pada tingkat yang lebih sederhana. Mencari mana lagu
yang sifatnya ashli dan ajeg dengan lagu yang merupakan variasi atau turunan
dari lagu asli.
Selain itu, bagi yang sudah mahir, dalam satu pembacaan kita dapat
menggabungkan berbagai komposisi lagu menjadi suatu gubahan yang
lengkap. Diawali dengan bayati, dilanjutkan dengan lagu-lagu lainnya, dan
diakhiri dengan bayati akhir.
Selamat mencoba !.
*Makalah disampaikan pada kegiatan sekolah al Qur’an di Mesjid Salam ITB, 22 September
2007
* Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Praktisi al Qur’an.
Tahsin, Tartil dan Tahfidz
9

No comments:

Post a Comment