BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum
1. Pengertian Ilmu hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.
1. Pengertian Ilmu hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.
2.
Pengertian Pengantar ilmu hukum
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.
B.
Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum
Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.
Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.
C.
Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.
D.
Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum
• Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu
• Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)
• Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu
• Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)
• Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick).
• Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
• Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).
E.
Metode Pendekatan Mempelajari Hukum
Metode
Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari
nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
Metode
Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode
ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek
tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat
abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah
dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu
diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan.
Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
Metode
Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat
untuk mengatur masyarakat.
Metode
Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
Metode
sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
Metode
Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata hukum dalam
berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.
BAB
II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL
A. Hubungan antara manusia,
masyarakat dan kaidah sosial
• Manusia sebagai makhluk monodualistik :
Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.
• Manusia sebagai makhluk monodualistik :
Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.
• Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
• Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2 tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai, adil dan makmur.
• Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat.
Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri.
Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut masyrakat hukum.
Mengapa
masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (Menurut Utrecht) :
• Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benar-benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut
• Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat adanya sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.
B.
Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)
1. Definisi masyarakat :
• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
1. Definisi masyarakat :
• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
Unsur masyarakat :
- manusia yang hidup bersama
- berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama
- merupakan satu kesatuan
- merupakan suatu sistem hidup bersama.
Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan itu beraneka ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi kepentingan bersama mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu. Adapun yang memimpin kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat ialah peraturan hidup.
Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan tentram dan damai tanpa gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung). Tata itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban.
Tata tersebut sering disebut kaidah atau norma.
2.
Kaidah/norma Sosial :
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat2nya dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat2nya dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
Kaidah
sosial dibedakan menjadi :
1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan, misalnya :
- Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).
- Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat(Kitab Injil Perjanjian Lama :Hukum yang ke V).
b.Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga, misalnya :
- Hendaklah engkau berlaku jujur.
- Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti yang terdapat dalam norma agama misalnya :
- Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat
- Jangan engkau membunuh sesamamu
2.
Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi :
a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia, misalnya :
- Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
- Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
- Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya”.
a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia, misalnya :
- Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
- Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
- Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya”.
Perbedaan
antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :
1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
- Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan kewajiban saja.
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.
1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
- Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan kewajiban saja.
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.
Ciri-ciri
kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
- Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
- Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
- Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
- Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
- Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)
Mengapa
kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada
kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.
Hal ini karena :
- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.
BAB
III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM
A.
Aneka arti hukum
1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa
Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah melalui badan-badan yang berwenang
1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa
Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah melalui badan-badan yang berwenang
2.
Hukum dalam arti para petugas
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang2 yang bertugas menegakkan hukum.
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang2 yang bertugas menegakkan hukum.
3.
Hukum dalam arti sikap tindak
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku masing2 individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan sehari2, ia merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku masing2 individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan sehari2, ia merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).
4.
Hukum dalam arti sistem kaidah
adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis
b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :
- Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan
- Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan
- Kaidah-kaidah konstitusi
c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis
b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :
- Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan
- Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan
- Kaidah-kaidah konstitusi
c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
5.
Hukum dalam arti jalinan nilai
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.
6.
Hukum dalam arti tata hukum
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang, dll)
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang, dll)
7.
Hukum dalam ilmu hukum
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.
• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma
• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.
• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma
• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.
8.
Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.
Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih nilai2 dan menerapkan nilai2 tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga mencakup penyesuaian nilai2, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.
Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas adalah :
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.
Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih nilai2 dan menerapkan nilai2 tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga mencakup penyesuaian nilai2, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.
Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas adalah :
1.
Masyarakat hukum
2. Subyek hukum
3. Objek hukum
4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)
5. Hak dan kewajiban
2. Subyek hukum
3. Objek hukum
4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)
5. Hak dan kewajiban
Ilmu
tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah
1. Perumusan norma/kaidah hukum
2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret
3. Isi dan sifat kaidah hukum
4. Esensialia kaidah hukum
5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum
6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum
7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
8. Berlakunya kaidah hukum
1. Perumusan norma/kaidah hukum
2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret
3. Isi dan sifat kaidah hukum
4. Esensialia kaidah hukum
5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum
6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum
7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
8. Berlakunya kaidah hukum
Ilmu
tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa adalah :
1. Sejarah hukum
2. Sosiologi hukum
3. Psikologi
4. Perbandingan hukum
5. Antropologi hukum
1. Sejarah hukum
2. Sosiologi hukum
3. Psikologi
4. Perbandingan hukum
5. Antropologi hukum
Nilai2
dasar hukum (Radbruch) :
1. Keadilan
2. Kemamfaatan/kegunaan
3. Kepastian hukum
1. Keadilan
2. Kemamfaatan/kegunaan
3. Kepastian hukum
B.
Berbagai Definisi Hukum :
Begitu
banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat
berguna dalam hal berikut :
Berguna
sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum, khususnya bagi
kalangan pemula.
Berguna
bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu hukum,
filsafat hukum dan sebagainya.
Arnold
(Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam kenyataan
hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan
tegas. Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang
definisi hukum. Namun Arnold juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap
akan terus berjuang mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi
hukum merupakan bagian yang substansial dalam meberi arti keberadaan hukum
sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang rasional dan dimungkinkan untuk
dibuatkan definisi sebagai penghormatan para juris terhadap eksistensi hukum.
Sebagai
pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada
definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum
baik secara praktis maupun secara formil
Berikut
beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan
aliran atau paham yang dianutnya :
1.
Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak
mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
2. I
Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka
sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire,
hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak
mungkin
orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.
4. Grotius, hukum
adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatu otoritas pengendalian.
5. Aristoteles, hukum
adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan mengekpresikan bentuk
dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku hakim dan
putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.
6. Schapera, hukum
adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh pengadilan.
7. Paul
Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah
dilembagakan kembali dalam pranata hukum.
8. Pospisil, hukum
adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatuotoritas pengendalian.
9. Karl
von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan
perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam.
Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran,
keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.
10. Marxist, hukum
adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam masyarakat pada
suatu tahap perkembangan tertentu.
11. John
Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun
tidak langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan
masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa)
meruipakan otoritas tertinggi.
Kelemahan
pandangan John Austin sebagai berikut :
1.
Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan
oleh negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.
2.
Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum
3.
Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam
kenyataannya dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara,
dsb.
12. Hans
Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum
adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi.
13 Paul
13. Scholten, hukum adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan
dan apa yang tidak layak untuk dilakukan yang bersifat perintah.
14. van
Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
15. Eugen
Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan
memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan
living law (hukum yang hidup didalam masyarakat).
16. Bellefroid, hukum
adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata tertib
masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.
17. Holmes
(HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan
oleh pengadilan.
18. Salmond, hukum
adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh negara di
dalam pengadilan.
19. Roscoe
Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :
1.
Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan :
-
hubungan antara manusia denagan individu lainnya
-
tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.
2.
Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan
pengadilan dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam
aliran sosiologis dan realis.
20. Liwellyn, hukum
adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu persengketaan
adalah hukum itu sendiri.
21. Drs.
E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
22. SM.
Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi.
23. J.C.T.
Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya
tindakan yaitu hukuman tertentu
24.
M.H. Tirtaatmidjaja, SH
Hukum
adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian
—- jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.
25. Van
Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu
gejala dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.
26. Wirjono
Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku
orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.
27. Soerojo
Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat memaksa,
berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat
sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan
masyarakat.
C.
Isi kaidah hukum :
Ditinjau
dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.
Unsur-unsur
kaidah hukum :
Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
BAB
IV
TUJUAN,
FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM
A.
Tujuan hukum menurut teori
1. Teori
etis (etische theorie)
Teori
ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis
kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica
Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum mempunyai
tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”.
Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :
Keadilan distributif, yaitu keadilan yang
memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini
tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya atau
bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa
seseorang.
Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang
memberikan kepada setiap orang jatah yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa
masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh
prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.
Keadilan
menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh
bagian yg sama.
2. Teori
utilitas (utiliteis theorie)
Menurut
teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan
sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah
Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and
legislation”berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa
yang berfaedah/mamfaat bagi orang.
Apa
yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi
kita untuk menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau
dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan
menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum
merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan
atau faedah dan nilai keadilan.
3.
Teori campuran
Teori
ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari
hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan
zamannya.
4.Teori
normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian
hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya
melegalkan kepastian hak dan kewajiban.
Van
Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar
tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
5. Teori
Peace (damai sejahtera)
Menurut
teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat
tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan
adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan
sejahtera bukan sekedar ketertiban.
B.
Tujuan hukum menurut pendapat ahli :
1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi
2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.
1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi
2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.
3.
R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara
yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani
tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.
4.Aristoteles,
hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang ia
berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa hukum
bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.
5.
SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
6.Soejono
Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya dengan
masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan terwujudnya keadaan
aman, tertib dan adil
7. Roscoe
Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat
perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah
hukum disini sebagai sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih
baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup masyarakat.
8.Bellefroid,
tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum yaitu
kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.
9.Van
Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu
tidak dapat diganggu
10.Suharjo
(mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik
secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk
menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang
berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah
mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak
secara tidak adil.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
- mewujudkan ketertiban dan keteraturan
- mewujudkan kedamaian sejati
- mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
- mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
- mewujudkan ketertiban dan keteraturan
- mewujudkan kedamaian sejati
- mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
- mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
Kesimpulan
Tujuan Hukum :
1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.
1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.
2.
Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan
setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang
atau kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau
kepentingan kelompoknya.
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan
C.
Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
2.
Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg
bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya
(penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan
akan tercapai.
3.
Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya
mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan
masyarakat ke arah yg maju.
4.
Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat
pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan
demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt
pun akan merasakan keadilan.
5.
Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus
tanah.
D.
Sumber-sumber hukum :
1.Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.
Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.
1.Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.
Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.
2.
Macam-macam sumber hukum
Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil dan formil.
a. Sumber hukum materiil
Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.
Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil dan formil.
a. Sumber hukum materiil
Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.
Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
1)
sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat
menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini
dibagi menjadi :
a)
Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2)
sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum
dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum
positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3)
sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi
lebih lanjut menjadi dua :
a)
Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
b).
Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan
mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
b.
Sumber hukum formal
Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.
Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)
Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.
Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)
Macam-macam
sumber hukum formal :
A.
Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara
Menurut
Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :
Dalam
arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)
Dalam
arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat
setiap penduduk.
Menurut
UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden
(pasal 1 angka 3)
Syarat
berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad)
dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun
2004). Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap
orang dianggap tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo
ius ignorare consetur= in dubio proreo, latin).
Konsekuensinya
adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh beralasan bahwa
ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan
perundang-undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap
(difiksikan) bahwa semua orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.
Berakhirnya/tidak
berlaku lagi jika :
a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi.
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu berlaku.
a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi.
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu berlaku.
Lembaran
negara (LN) dan berita negara :
LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1 (L.N.1962/1)
Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,
Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah
LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1 (L.N.1962/1)
Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,
Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah
Kekuatan
berlakunya undang-undang :
• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui eksistensinya UU.
• Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara operasional.
• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.
• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui eksistensinya UU.
• Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara operasional.
• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.
• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
Jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU
No. 10/2004) :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)
B.
Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.
Untuk
timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
1.
Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu
(syarat materiil)
2.
Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis =
bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) =
syarat intelektual
3.
Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.
C.
Jurisprudensi (keputusan2 hakim)
Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang sama.
Ada 2 jenis yurisprudensi :
Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang sama.
Ada 2 jenis yurisprudensi :
Yurisprudensi
tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa dan
dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)
Yurisprudensi
tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.
D.Traktat
(treaty)
Traktat adalah perjanjian
yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja kepada masing-masing
negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari negara negara yang
berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.
E.
Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau
lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu.
Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan,
berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).
F.
Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
·
Sumber hukum menurut Algra :
1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.
2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan.
1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.
2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan.
·
Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi :
1. Sumber hukum normal :
a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian doktrin dan yurisprudensi.
2. Sumber hukum abnormal yaitu :
a. Proklamasi
b. Revolusi
c. Coup d’etat
1. Sumber hukum normal :
a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian doktrin dan yurisprudensi.
2. Sumber hukum abnormal yaitu :
a. Proklamasi
b. Revolusi
c. Coup d’etat
·
Sumber hukum menurut van Apeldoorn :
1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :
a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.
1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :
a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.
BAB
V
PENGERTIAN DASAR / KONSEP DALAM HUKUM
PENGERTIAN DASAR / KONSEP DALAM HUKUM
A.
Subyek hukum dan obyek hukum
Pengertian
subyek hukum
-
segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum
-
sesuatu pendukung hak/kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum
Pembagian
subyek hukum :
a.
Manusia (natuurlijke persoon)
b.
Badan hukum (rechtspersoon)
Ad.
1. Manusia
Manusia
sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban sehingga
dapat melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan
persetujuan-persetujuan, menikah, membuat wasiat, dan sebagainya.
Berlakunya
manusia sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada
saat ia meningal dunia, malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya
dapat dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya
memerlukan (untuk menjadi ahli waris).
Jadi
pada hakikatnya setiap manusia sejak ia lahir mempeoleh hak dan kewajiban.
Apabila ia meninggal dunia maka hak dan kewajibannya akan beralih kepada ahli
warisnya. Bahkan oleh hukum anak yang ada dalam kandungan seorang perempuanpun
sudah mempunyai hak, karena dianggap telah dilahirkan dengan catatan jika
kepentingannya menghendaki (hak waris). Hal diatur dalam pasal 2 ayat 1
KUHPerdata berbunyi “anak yg ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap
sebagai telah dilahirkan, bilaman juga kepentingan si anak menghendakinya”.
Pada ayat 2 berbunyi “mati sewaktu dilahirkan dianggap ia tak pernah ada”.
Ketentuan
ini menegaskan bahwa hak dan kewajiban si anak baru dianggap ada jika ia
dilahirkan hidup, apabila ia dilahirkan mati maka haknya dianggap tidak ada,
misalnya kepentingan si anak untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya,
walaupun ia masih berada dalam kandungan ia dianggap telah dilahirkan dan oleh
karena itu harus diperhitungkan hak-haknya sebagai ahli waris. Tetapi jika ia
dilahirkan mati maka hak si anak dianggap tidak pernah ada.
Disamping
itu juga berdasarkan undang-undang seseorang dianggap telah meninggal dunia
jika hilang atau tidak diketahui dimana ia berada dan tidak ada kepastian
apakah ia masih hidup dalam tenggang waktu setelah lewat 5 tahun sejak ia
meninggalkan tempat kediamannya (Pasal 467, 468, 469 KUHPerdata).
Berdasarkan
ketentuan undang-undang tersebut maka hak dan kewajiban orang yang telah
dinyatakan menurut hukum meninggal dunia itu telah berakhir dan segala hak dan
kewajibannya beralih kepada ahli warisnya
Cakap
dan tidak cakap cakap melakukan perbuatan hukum :
Cakap
melakukan perbuatan hukum artinya subyek itu dapat melakukan atau bertindak
baik sendiri maupun bersama orang lain di dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Pada prinsipnya setiap orang tidak kecuali dapat memiliki dan
melaksanakan hak-hak akan tetapi tidak semua orang dinyatakan cakap di dalam
melaksanakan hak-haknya itu, namun untuk dapat dikatakan itu harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
Orang
tersebut telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah.
Orang
tersebut mempunyai kewenangan untuk melaksanakan hak dan kewajiban (misalnya ia
berwenang menjual barang, dimana barang dikakarenakan tersebut benar miliknya)
Orang
tersebut harus memiliki jiwa dan akal yang sehat.
Pengertian
dewasa
Menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUPerdata) seseorang yang dikatakan sudah
dewasa adalah saat berusia 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi wanita.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
kedewasaan seseorang adalah saat berusia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun
bagi wanita. Lain hal pula menurut hukum adat kedewasaan seseorang apabila
sudah mampu bekerja atau mencari nafkah sendiri.
Lalu
acuan apa yang kita pakai dalam hal ini. Acuan yang dipakai adalah berdasarkan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata karena ketentuan ini masih berlaku secara
umum. Sedangkan ketentuan lainnya hanaya berlaku secara khusus.
Pentingnya
arti kecakapan menurut hukum tentunya mempunyai 2 (dua) maksud, yaitu
pertama maksud yang dilihat dari sudut keadilan yaitu perlunya orang yang
membuat perjanjian mempunyai cukup kemampuan untuk menginsyafi/menyadari secara
benar akan tanggung jawab yang dipikulnya dengan perbuatan tersebut. Dan kedua,
maksud yang dilihat dari sudut ketertiban hukum, yang berarti orang yang
membuat perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya.
Tidak
cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun pendukung hak
dan kewajiban, namun dinyatakan subyek tersebut dinyatakan tidak dapat
bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam berbagai
perbuatan-perbuatan hukum(handelingsonbekwaam). Adapun orang tersebut
adalah :
Orang
yang masih dibawah umur (belum mencapai usia 21 tahun = belum dewasa)
Orang
yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, mereka ditaruh
dibawah pengampuan (curatele)
Orang
yang dilarang oleh UU untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya orang
yang dinyatakan pailit (Pasal 1330 BW jo UU Kepailitan)
Catatan :
Dalam ketentuan KUHPerdata kecakapan adalah merupakan salah satu syarat untuk
sahnya suatu perikatan/perjanjian yang berarti bahwa segala perikatan yg
dilakukan oleh orang yang tidak cakap dapat dibatalkan atau diminta
pembatalannya melalui hakim. Tetapi sebaliknya dalam hal perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad, ketidakcakapan seseorang tidak mempengaruhi timbul atau
tidaknya “akibat hukum” dari perbuatan itu.
Ad.
2. Badan hukum
Badan
hukum adalah bukan orang tapi merupakan badan-badan (kumpulan manusia) yang
oleh hukum diberi status “persoon” yang mempunyai hak dan
kewajiban seperti manusia.
Badan
hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa hak
manusia, misalnya; dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan
yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
Badan
hukum dapat dibagi menjadi :
a.
Badan hukum publik yaitu badan hukum yang didirikan oleh pemerintah/negara yang
lapangan pekerjaannya adalah untuk kepentingan umum, misalnya negara RI, daerah
tingkat I, II/kotamadya, Bank-Bank Negara dsb.
b.
Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang bentuk dan susunannya diatur oleh
hukum privat dan menurut tujuannya yang dikejar dapat dibeda-bedakan dalam :
a.
Perikatan dengan tujuan materiil (perkumpulan, mesjid, gereja)
b.
Perikatan dengan tujuan memperoleh laba (PT)
c.
Perikatan dengan tujuan memenuhi kebutuhan materil para anggotanya (Koperasi)
Disamping
penggolongan tersebut dapat pula dibagi-bagi badan hukum itu menjadi 2 jenis
yaitu :
1)
Korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak
bersama-sama sebagai satu subyek hukum tersendiri (personifikasi), misalnya PT,
Dati-Dati, Koperasi dsb.
2)
Yayasan ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan
badan dan yang diberi tujuan tertentu, misalnya Yayasan Badan Wakaf UII dsb.
2.
Pengertian Obyek Hukum :
Obyek
hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia atau badan
hukum) dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum, karena hal
itu dapat dikuasai oleh subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut benda.
Benda
menurut Pasal 499 KUHPerdata ialah semua barang, semua hak yang dapat dimiliki
subyek hukum.
Macam-macam
benda :
Menurut
pasal 503 KUHPerdata benda dibedakan antara :
Benda berwujud (bertubuh),
yaitu yang dapat diraba oleh panca indera (buku, rumah, meja, dsb)
Benda tidak
berwujud (tak bertubuh) yaitu segala macam hak, seperti hak cipta, hak
mereka, paten, piutang, dll.
Menurut
pasal 504 KUHPerdata membeda-bedakan benda :
Benda
bergerak yang dibedakan sbb :
1)
Menurut sifatnya dapat bergerak sendiri (hewan dsb)
2)
Yang dapat dipindahkan (buku, meja, dsb)
3)
Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda 1 dan 2 diatas)
Benda
tidak begerak, dibeda-bedakan sebagai berikut :
1)
Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan diatasnya seperti rumah dsb)
dan yang ada di dalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).
2)
Karena maksud tujuan (yaitu benda-benda yang oleh pemilik dihubungkan dengan
benda tersebut di (1) diatas), misalnya gambar-gambar atau kaca-kaca yang
dipasang dalam gedung percetakan.
3)
Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda tersebut 1 dan 2 diatas),
misalnya Hak Guna Usaha.
B.
Hak dan Kewajiban
1.
Hak
Hak
adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek
hukum.
Hak
itu dapat dibedakan antara :
a.
Hak mutlak (hak absolut) dan,
b.
Hak nisbi (hak relatif)
Hak
mutlak (hak absolut)
Hak
mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga,
sebaiknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.
Hak
mutlak dapat pula dibagi dalam 3 (tiga) golongan :
a.
Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan
tinggal dalam suatu negara.
b.
Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
c.
Hak Keperdataan, misalnya :
1.
Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta
benda istrinya
2.
Hak/kekuasan orang tua (ouderlijke macht)
3.
Hak perwalian (voogdij) & hak pengampuan (curatele)
Hak
Nisbi (hak relatif)
Hak
nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu atau beberapa
orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain
tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Hak
nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul berdasarkan
persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari
persetujuan jual beli terdapat hak nisbi/ralatif seperti :
a.
Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang
kepada pembeli.
b.
Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan pembayaran
kepada penjual.
2.
Kewajiban:
Kewajiban
adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual
(asas pact sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi
hubungan antara 2 pihak yang berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian.
Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka
pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk
memenuhinya.
Kewajiban
tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul
dari peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban
disini merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib
hukum (rechtsplicht)misalnya mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak
sepeda motor.
C.
Peristiwa, Hubungan dan Akibat Hukum
1.
Peristiwa hukum
Peristiwa
hukum yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari
hubungan-hubungan anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat
hukum.
Peristiwa
hukum dibedakan menjadi :
a.
Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum)
b.
Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum
Perbuatan
subyek hukum dapat pula dibedakan antara lain :
a.
Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Suatu
perbuatan merupakan perbuatan hukum kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat
(mempunyai akibat hukum) dan akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak.
Perbuatan
hukum itu terdiri dari ;
1)
Perbuatan hukum sepihak yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak
saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya
pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
2)
Perbuatan hukum dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal
balik) misalnya membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll
b.
Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dibedakan :
1) Zaakwaarneming,
yaitu perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang lain dengan tidak
diminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya. Perbuatan yang
akibatnya diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak perlu akibat tersebut
dikehendaki oleh pihak yang melakukan perbuatan itu. Jadi akibat yang tidak
dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu diatur oleh hukum tetapi perbuatan
tersebut bukanlah perbuatan hukum.
Menurut
Pasal 1354 KUHPerdata, pengertian Zaakwarneming adalah
mengambil alih tanggung jawab dari sesorang sampai yang bersangkutan sanggup
lagi untuk mengurus dirinya sendiri. Pasal 1354 KUHPerdata menyebutkan,” jika
seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang tersebut, maka dia secara
diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan
tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya itu dapat mengerjakan
sendiri urusan tersebut. Ia diwajibkan pula mengerjakan segala kewajiban yang
harus dipikulnya, seandainya ia dikuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang
dinyatakan dengan tegas.
2) Onrechtmatige
daad (perbuatan yang bertentangan dengan hukum). Akibat suatu perbuatan
yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh hukum, meskipun akibat itu itu
memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut. Dalam hal ini
siapa yang melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum harus
mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan karena perbuatan itu.
Jadi, karena suatu perbuatan bertentangan dengan hukum timbulah suatu
perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan. Asas ini
terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Peristiwa
hukum yang bukan perbuatan subyek hukum
Peristiwa
hukum yang bukan perbuatan subyek hukum atau peristiwa hukum lainnya yaitu
peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak merupakan akibat dari
perbuatan subyek hukum, misalnya kelahiran seorang bayi, kematian seseorang ,
lewat waktu (kadaluarsa).
Kadaluarsa
dibagi 2 yaitu :
Kadaluarsa
aquisitief adalah kadaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak.
Kadaluarsa
extincief adalah kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban.
Kelahiran
langsung menimbulkan hak anak yang dilahirkan untuk mendapat pemeliharaan dari
roang tuanya dan menimbulkan kewajiban bagi orang tuanya untuk memelihara
anaknya. Kematian juga merupakan peristiwa hukum karena dengan adanya kematian
seseorang menimbulkan hak dan kewajiban para ahli warisnya. Kemudian, lewat
waktu dapat mengakibatkan seseorang memperoleh suatu hak (acquisitieve
verjaring) atau dibebaskan dari suatu tanggung jawab/kewajiban (extinctieve
verjaring) setelah habis masa tertentu dan syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang terpenuhi.
D.
Hubungan Hukum :
Hubungan
hukum adalah hubungan antara 2 subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban
disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain. Atau dalam
kata lain isi adanya hubungan tersebut adalah hak dan kewajiban pihak-pihak.
Hubungan tersebut diatur oleh hukum.
Hubungan
hukum memiliki 3 unsur :
1.
Orang-orang yang berhak/kewajibannya saling berhadapan contohnya A menjual rumahnya
kepada B, maka :
-
A wajib menyerahkan rumahnya kepada B,
-
A berhak meminta pembayaran kepada B
-
B wajib membayar kepada A
-
B berhak meminta rumah A setelah dibayar
2.
Obyek terhadap nama hak/kewajiban diatas tadi berlaku (dalam contoh tersebut :
terhadap rumah)
3.
Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan terhadap
obyek yang bersangkutan, contoh A dan B sewa menyewa rumah Tiap hubungan hukum
mempunyai 2 segi yakni : kekuasaan/hak (bevoegheid) dan
kewajiban (plicht).
Adanya
hubungan hukum harus memenuhi syarat-syarat :
Adanya
dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu
Timbul
Peristiwa hukum
Contoh
:
-
A dan B mengadakan peristiwa jual beli rumah
-
Diatur oleh Pasal 1474 dan 1513 KUHperdata (dasar hukumnya)
-
Terjadi peristiwa hukum (disebut perjanjian jual beli)
Hubungan
hukum dibagi 2 :
Hubungan
hukum sepihak yaitu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak secara berlawanan. Contoh kasus penghibahan atas tanah dari
orang tua angkat kepada anak angkatnya.
Hubungan
hukum timbal balik yaitu hubungan hukum yang dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersangkutan. Contoh perjanjian jual
beli sebidang tanah Dalam hal ini timbul hak dan kewajiban bagi penjual dan
pembeli tanah
E.
Akibat hukum
Akibat
hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh
hukum. Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum
Akibat
hukum dapat berupa :
a.
Lahirnya — ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum
Contoh
:
-
Menjadi umur 21 tahun cakap untuk melakukan tindakan hukum
-
Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum
diatas.
b.
Lahirnya—ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara
dua subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan
dengan hak dan kewajiban dipihak yg lain. Contoh A mengadakan perjanjian jual
beli dengan B lahir hubungan hukum A/B. Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan
itu.
c.
Sanksi—apabila melakukan tindakan melawan hukum, Contoh A menabrak seseorang
hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi berupa pidana penjara atau
pidana denda
F.
Asas Hukum
1.
Beberapa pendapat tentang asas hukum :
a.
Bellefroid, menyebutkan bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan
dari hukum positif dan yang ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum itu merupakan pengendapan hukum
positif dalam suatu masyarakat.
b.
Van Eikama Hommes, menyebutkan asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai
norma-norma hukum yang konkrit akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar
atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum
adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
c.
P. Scholten, mengatakan bahwa asas hukum adalah kecendrungan-kecendrungan yang
disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat
umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu tetapi yang
tidak boleh tidak harus ada.
d.
Sudikno Mertokusumo, menyimpulkan bahwa asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya
atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam
dan dibelakang setiap sistem hukum yang menjelma dalam peraturan peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.
Kesimpulan
asas hukum :
Pada
dasarnya apa yang disebut dengan asas hukum adalah dasar-dasar umum yang
terkandung dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut adalah merupakan
sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis. Peraturan hukum adalah ketentuan
konkrit tentang cara berperilaku di dalam masyarakat. Ia merupakan konkritisasi
dari asas hukum.
2.
Pembagian asas hukum :
a.
Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku
untuk semua bidang hukum itu, seperti asas equality before the law,
asas lex posteriore derogate legi priori, asas bahwa apa yang
lahirnya tanpak benar, untuk sementara harus dianggap demikian sampai diputus
(lain) oleh pengadilan.
Menurut
P. Scholten ada 5 asas hukum umum, yaitu :
1)
Asas kepribadian
2)
Asas pesekutuan
3)
Asas kesamaan
4)
Asas kewibawaan, dan
5)
Asas pemisahan antara baik dan buruk.
Dalam
asas kepribadian manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Dalam asas ini
menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia bahwa manusia adalah obyek hukum,
penyandang hak dan kewajiban. Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah
persatuan, kesatuan dan cinta kasih, keutuhan masyarakat.
Asas
kesamaan menghendaki adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di
dalam hukum (equality before the law), setiap orang diperlakukan sama.
Sedangkan asas kewibawaan memperlihatkan adanya ketidaksamaan.
b.
Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit
seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana dsb.
3.
Fungsi asas hukum
a.
Fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk
undang-undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta
mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
b.
Fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan).
Tujuan adalah memberi ikhtiar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk dalam
hukum positif
Contoh
asas-asas hukum :
a.
Asas legalitas “tiada suatu perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas
kekuatan undang-undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1
ayat 1 KUHPidana = asas undang-undang tidak berlaku surut) = Nullum delictum
sine praevia lege poenali”AsasPresumption Of Innocence (asas praduga tidak
bersalah), bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada keputusan hakim
yang menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan tersebut telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap (inkracht)
b.
Asas In Dubio Pro Reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan
yang paling menguntungkan bagi si terdakwa.
c.
Asas Similia Similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus
diputus sama (serupa).
d.
Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
e.
Asas Geen Straft Zonder Schuld ialah asas tiada hukuman tanpa
kesalahan.
f.
Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undang-undang yang
berlaku kemudian membatalkan undnag-undang terdahulu, sejauh undnag-undang itu
mengatur objek yang sama.
g.
Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori yakni suatu asas
undang-undang dimana jika ada 2 undang-undang yang mengatur objek yang sama
maka undang-undang yang lebih tinggi yang berlaku sedangaka undang-undang yang
lebih rendah tidak mengikat.
h.
Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undang-undang yang
khusus mengenyampingkan yang umum.
No comments:
Post a Comment